Senin, 17 September 2012

SEPULUH KRITERIA WALI-WALI ALLAH



Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Saudaraku, yang dirahmati dan diberkahi Allah.
Seandainya saudaraku pernah mendengar nama Syech Abdul Kadir Jailani dengan cerita karomahnya, sudah terbayang didepan kita beliau orang  ‘alim dan sangat taat kepada perintah dan larangan Allah. Sehingga ada sebagian orang selalu mengakhiri doa nya denganan ucapan berkat Syech Abdul Kadir meskipun ucapan itu tidak ada tuntunannya bahkan setiap membaca surat Al Fatihah pun dihadiahkan untuknya. Beliau adalah wali Allah yang sudah sangat terkenal dan wejangan-wejangan telah dipublikasikan secara luas. Tentu,  saudaraku sering mendengar nama Imam Ghozali nama yang tidak asing lagi meskipun kita tidak pernah berjumpa beliau tetapi nasehatnya tentang ilmu agama  sangat luas dan sangat menarik
Pertanyaanya, selain beliau-beliau diatas  adakah wali Allah yang lain? Jawabnya, wali Allah sangat banyak, bahkan dia selalu bersama kita, duduk bersama kita, bercakap dengan kita. Dia tidak pernah menonjolkan diri, pakaianya, sikapnya niasa saja kehadirannya tidak ada yang peduli dan sebaliknya ketidak hadirannya pun tidak ada peduli. Tentu kita ingin tahu siapakah wali Allah itu.
Tentang wali Allah, dijelaskan oleh Allah dengan firman Nya
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (Qs Yunus 62-63)
Firman Allah Swt yang tertera pada surat Yunus 62-63 ditafsiri  oleh Ibnu Katsir ayat ini “Allah ta’ala memberitahukan bahwa  para wali-Nya adalah orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa, jadi, setiap orang yang beriman dan bertakwa merupakan wali Allah. Keterangan ini  diperjelas dalam hadits Ibnu Jahrir yang diriwayatkan Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Diantara hamba-hamba Allah itu ada sejumlah hamba yang membuat para nabi dan syuhada iri kepada mereka, “beliau ditanya, Ya Rasulullah siapakah mereka itu? Mungkin kami dapat mencintainya,  Beliau bersabda, “ Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah, bukan karena harta dan keturunan. Wajah mereka bagaikan cahaya. Mereka diatas mimbar yang terbuat dari cahaya. Mereka tidak merasa takut saat orang takut dan mereka tidak bersedih tatkala orang bersedih. Kemudian beliau membaca ayat, ‘ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
Dr A’idh Al Qarni dalam bukunya jagalah Allah, Allah akan menjagamu menerangkan  bahwa wali-wali  Allah  memiliki 10 (sepuluh) kriteria yang dihimpun secara umum dan global. Jika dirinci akan mencapai ratusan kriteria. Sepuluh kriteria itu, barangsiapa yang mendapatkan pada dirinya, maka dia patut mensyukuri dan memuji kepada Allah. Dan barangsiapa yang tidak mendapatkan pada dirinya, maka jangan mencela kecuali  untuk mengoreksi dirinya sendiri. Sepuluh kriteria tersebut adalah :
1.   Ikhlas dalam beramal.
Sifat seorang wali Allah, selalu beramal karena mengharap wajah Allah. Celaka bagi orang yang beramal bukan karena Allah, dan kita berlindung kepada Allah dijauhkan dari sikap riya’(ingin dilihat orang lain) dan sum’ah (ingin didengar orang lain. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw bersabda” Barangsiapa beramal ingin dilihat orang, maka Allah membuka aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa beramal karena sum’ah, Allah akan menunjukan sum’ahnya itu (kepada manusia).  Dan Allah Swt berfirman : “
Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah.   (Qs An Nissa 146)
2.   Ridha  kepada Rasulullah  sebagai pemimpin.
Para wali Allah  sangat mencintai dan menghormati Rasulullah Saw  bahkan mereka lebih mencintai Rasulullah Saw daripada pendengaran dan penglihatan mereka.  Tidak ada idola pemimpin didunia ini kecuali Rasulullah Saw. Allah Swt berfirman  :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.                          (Qs Al Ahzab : 21)
Para wali Allah memegang teguh sikap wasath (pertengahan). Mereka mengikuti dan meneladani Rasulullah dalam masalah keyakinan, perilaku, ucapan dan perbuatan. Sedangkan dalam berdoa, meminta pertolongan, takut dan berharap dan tidak menjadikan perantara antara hamba dengan Allah.
3.   Membenci dan mencintai seseorang karena Allah.
Mereka mencintai manusia karena kedekatannya dengan Allah dan membenci manusia karena jauh dari Allah. Sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Rasullullah Saw bersabda  “ Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah, membenci karena Allah , memberi karena Allah dan mencegah karena Allah , maka dia telah menyempurnakan imannya.
4.   Hati mereka bersih terhadap kaum muslimin.
Diantara keistimewaan  para wali Allah bahwa mereka tidak mempunyai sifat dendam, hasad, dengki, curang terhadap hamba Allah. Hal  ini  bertentangan dengan sebagian orang  yang beriman, yang selalu mengerjakan shalat, berpuasa dan berhaji, tapi pada saat yang sama, dia juga mencintai pelaku maksiat, dan duduk bersamanya pula. Berbeda dengan wali Allah yang mencintai Allah dan membenci musuh-musuh Nya, mereka dapat membedakan antara berwala (toleransi) dan bara ‘(berlepas diri)
5.    Menunaikan semua kewajiban dan sunnah dengan sempurna
Apabila kamu menjumpai seseorang yang menunaikan semua kewajiban dengan sempurna, menambahkannya dengan yang sunnah dan menjauhkan yang haram, maka dialah wali Allah. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Saw, bahwa Allah tabaka wa ta’ala berfirman :’ Barangsiapa memusuhi kekasihku, maka dia telah menantang perang denganku, tidaklah hambaku bertaqarub kepadaku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan hambaKu  itu tak henti-hentinya bertaqarub kepadaku dengan segala yang sunnah-sunnah hingga Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya Aku akan menjadi pendengarannya, yang dengannya dia mendengar. Aku menjadi penglihatannya, yang dengannya dia memandang. Aku menjadi tangannya, yang dengannya dia mengenggam dan Aku menjadi kakinya, yang dengannya dia melangkah. 
6.   Mengikuti kaum salaf dalam masalah keyakinan. 
Ini adalah kriteria yang membedakan  mereka dengan berbagai golongan ahli bid’ah sepanjang zaman. Yaitu golongan yang menyalahi manhaj Rasulullah dan metodenya  dalam persoalan akidah. Para wali Allah adalah orang-orang yang mengambil akidah dari al Qur’an dan sunnah. Mereka tidak melibatkan secara mendalam pada masalah takwil  dan bantahannya yang menimpa kelompok lain seperti Mu’tazilah, shufi, Asy’ariyah  dan lainnya.
7.   Mengajak yang makruf dan melarang yang mungkar dan tidak kikir dengan ilmu.
Para wali Allah selalu terdepan mengajak umat untuk melakukan kebaikan dan mencegah kemunkaran. Dan ini adalah perintah Allah Swt : “
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran : 110.)
Dalam satu hadits Imam Ahmad diriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, dia berkata,” Seseorang bangkit dan menuju Rasulullah , siapakah manusia yang paling baik? Beliau bersabda,“ Manusia yang paling baik ialah yang paling tenang, paling bertakwa, paling giat menyuruh kepada yang makruf, paling gencar melarang kemungkaran, dan paling rajin silaturahmi.
8.   Mencintai persatuan dan membenci perpecahan.
Para wali  Allah   mencintai seluruh kaum muslimin  yang berjalan diatas manhaj Alu Sunnah, tanpa membeda-bedakan diantara mereka.   Kaum muslimin adalah jamaah yang satu  yang tidak menerima adanya pengkotakan sebagian orang ingin membatasinya pada satu orientasi dan ijtihad yang bisa benar dan salah. Allah Swt berfirman :
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, (Ali Imran : 103)
9.   Mengembalikan semua persoalan kepada Al Qur’an dan sunnah
Para wali Allah apabila mereka mereka berbeda pendapat dalam suatu masalah, maka mereka mencari penyelesaiannya dalam Al Qur’an. Mereka berpedoman kepada firman Allah Swt :
Tentang sesuatu apa-pun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Qs Asyuura : 10).
Oleh karena itu para wali Allah  selalu berdoa sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw  : “ Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail dan Israfil. Pencipta langit dan bumi yang Maha Mengetahui  yang ghaib dan yang tampak. Engkau yang memutuskan apa-apa yang diperselisih kan hamba-hambaMU, tunjukanlah kepada kami   dari  perselisishan  itu yang haq dengan izinMu, Engkaulah yang menunjukan kepada kami jalan yang benar.
10. Selalu mengatakan yang haq
Sebagian orang, ketika sedang marah dengan saudaranya atau orang lain, maka hawa nafsu akan mendorongnya untuk mengatakan sesuatu yang tidak semestinya. Dan bila sedang senang maka diapun lupa semua aib meskipun ada. Berbeda dengan para wali Allah dalam kondisi apapun dan dengan siapapun, ia akan mengatakan yang benar tetap benar, yang salah tetap salah.  Allah Swt berfirman :

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (Qs Al Maidah : 8)

Dr A’idh Al Qarni berpesan .“Wahai saudara-saudaraku  yang kucintai karena Allah, inilah kriteria wali-wali secara singkat  Bagi yang memperhatikannya  akan masuk kepada sifat-sifat yang lain.
Saudaraku, mungkikah wali Allah itu adalah diri kita sendiri. Jawabnya sangat mungkin dan semoga Allah Swt menjadikan kita orang-orang yang memiliki kriteria diatas, dan kita kuatkan tekad kita untuk mewujudkan sifat wali Allah pada diri kita.
Nasrubnminallah.
Wallahu ‘alam bis shawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar